Laman

Kamis, 26 Juni 2014

Pengembara dari timur

          Anak itu selalu duduk di bawah pohon Maunel. Menengadahkan kepala ke atas, memandang langit biru yang kosong melompong. Kadang tanpa awan, hanya warna biru muda. Akupun bingung, apa yang menarik dari langit itu hingga ia memandanginya setiap hari. Ia diam tak bersuara, kadang ada sebuah senyuman timbul di wajahnya. Aku memang tidak pernah tau apa yang ia nanti dan apa yang ia rasakan. Setiap tanda-tanda di wajahnya. Kelakuan anehnya itu, terkadang membuatku menyelisik. Apakah ada kepingan pesan yang ingin ia sampaikan tentang kebenaran dan perasaannya.
            Ia yang sikapnya tak tertrawang, hingga ia di tangkap sunyi. Di kucilkan. Karena reaksi orang-orang yang tak mengerti menganggapnya gila. Dan  mereka seperti itu karena takut. Tapi anak yang mendaki sebuah bukit hanya untuk berdiam dan bersemedi itu tak gentar. Menjadi rekan sang sunyi memang keinginanya. Setiap hari ia bersila sempurna, memandangi langit dalam diam. Sejujurnya terkadang aku memandangnya sebagai anak yang tak waras, sama seperti orang lain. Di sudut mata beningnya yang berkilat-kilat itu aku meragu. Mata orang gila pikirku. Tapi terkadang ada satu hal yang muncul berseru. Ketidak tahuan akan menumbulkan prasangka buruk. Mendadak rasa penasaran itu mengambil alih pikiranku, menggerakkan tubuhku dan membuatku berkata.
            “Kamya, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan dengan bersila memadangi langit seperti itu?” kupilih lengan kananku. kubawa ia naik perlahan. Lengan itu terangkat menunjuk tubuh kakak dengan gerakan yang halus. Dengan telapak tangan menghadap langit. Tapi sosok itu terdiam. Diamnya seperti tak ada udara yang hilir muduk di kedua paru-parunya. Ia layu, pucat. Namun wajahnya seperti orang yang takjub.

Kamis, 05 Juni 2014

Rencana Bikin Novel dan Kerangka Cerita

Belakangan ini saya mulai sering memikirkan kembali tentang mimpi-mimpi saya yang terbengkalai semenjak masuk SMA. selulus MTs, saya punya niatan untuk memulai peroses pengejaran mimpi saya untuk menjadi seorang novelis namun mungkin saya sempat melupakan mimpi saya itu karena terlalu sibuk dengan urusan duniawi. ngelantur aja nih saya. hahaha

Dari proses berfikir yang cukup  panjang dan lama, saya sebagai calon novelis pemula ingusan yang masih bau kencur akhirnya berhasil menyusun sebuah kerangka berdasarkan tema yang ingin saya angkat yaitu Persaudaraan, cinta, Perantauan dan perjuangan. kisah ini adalah kisah fiksi dengan  latar negri fiksi gaya abad ke 17, saat senjata senapan baru bisa menembakan satu peluru, saat pedang dan tombak masih umum di pakai untuk bertempur. adapun aspek-aspek tambahan lain yang tak nyata adalah gagasan yang bersumber dari imajinasi saya sendiri. berikut ini saya paparkan kerangka dasar yang mungkin akan berubah seiring dengan proses saya menulis. hehehe.semoga cerita ini bisa selesai dan mimpi saya bisa terwujud. Aamiin.

Selasa, 18 Februari 2014

Puisi 11: Aku Ini

Aku Ini_
Karya: Zuy

Aku ini cacat
Aku ini tuna wicara
Jadi apa pula yang kau harap?
Sejentik jari,
Hanya itu yang kau tahu
Aku
Bisu...